Pages

Kamis, 29 Desember 2011

Abun,medan perang bagi perlindungan penyu


Pesisir utara bentang kepala burung propinsi Papua Barat dikenal sebagai lokasi perteluran penyu belimbing (Dermochelys coriacea) terbesar di kawasan Pasifik. Setidaknya ada dua lokasi pantai di pesisir tersebut yang dipilih penyu sebagai lokasi bertelur dengan tingkat perteluran tertinggi, yaitu Pantai Jamursba-Medi dan Pantai Wermon. Pantai-pantai tersebut diapit oleh tebing-tebing, dataran terjal, sungai-sungai musiman, serta muara-muara yang semuanya terbentang sepanjang 21 Km sejajar dengan Pegunungan Tambrau di sisi selatan yang juga membentang dari timur ke barat dengan dominasi hutan pantai dan hutan dataran rendah dengan ketinggian 0-100 mdpl.

Pemantauan WWF selama lima tahun terakhir dari data migrasi dan peneluran menunjukkan aktivitas perteluran terjadi sepanjang tahun di kawasan pesisir tersebut yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Abun. Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Lekang (Lepidocheys olivacea), dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) adalah spesies penyu lain yang sering dijumpai bertelur di kawasan yang sama.

WWF-Indonesia yang bekerja sama dengan penduduk dan masyarakat lokal sejak awal 1990-an telah berhasil mengatasi pencurian telur dari sarangnya di kawasan tersebut. Namun, data juga menunjukkan bahwa selain pencurian, predasi oleh predator alami seperti babi hutan telah memusnahkan sedikitnya 15 persen dari jumlah sarang yang ada per tahunnya. Pencegahan predasi telur penyu oleh babi hutan masih merupakan pekerjaan rumah bagi staf konservasi, petugas patroli masyarakat, partner akademik yang diwakili oleh UNIPA (Universitas Papua), serta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua yang bertugas di kawasan Abun. 

Tim pemantauan dan petugas patroli di lapangan mencatat sebanyak 54 sarang telur penyu belimbing yang terpredasi sepanjang April – September 2011 dari total 2.496 sarang yang tercatat, angka perusakan tersebut jauh di bawah catatan pada tahun 2010 dengan total 2.883 sarang yang mencapai angka kerusakan hampir 6 kali lipat dari periode tersebut. Keberhasilan ini tidak lain merupakan hasil jerih payah upaya petugas lapangan memilih strategi dari evaluasi keberhasilan pada tahun-tahun sebelumnya.

Menentukan Strategi Yang Jitu

Berbagai strategi telah dilakukan dan dievaluasi oleh tim, bahkan banyak di antaranya berakhir dengan kekecewaan. Strategi mencegah babi hutan, misalnya dengan menanam semak berduri sepanjang tepian hutan yang berbatasan dengan pantai, relokasi sarang ke lokasi yang lebih aman, penggunaan jebakan, serta penggunaan pagar listrik dan pagar bambu di sekeliling sarang. Sementara itu penggunaan senapan angin dan racun tidak dilakukan karena resiko tinggi terhadap manusia dan lingkungan lainnya serta melanggar aturan dalam kawasan suaka Abun. Cara lain seperti memberikan ijin berburu babi hutan bagi para penghobi juga sudah mulai diwacanakan oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA). 

Beberapa strategi yang cukup berhasil di antaranya pemagaran sarang, menutupi sarang dengan anyaman kawat, jebakan kaki dengan kenur, perburuan langsung babi hutan menggunakan busur dan panah, serta kehadiran petugas-petugas patroli dari masyarakat lokal yang terlatih juga mampu menekan laju perusakan sarang oleh babi hutan. Hasil jebakan dan perburuan babi hutan juga dapat bermanfaat langsung oleh masyarakat sebagai bahan makanan atau dijual di pasar. Ancaman dari predator alami seperti babi hutan dan biawak saat ini perlu diminimalisasi karena populasi penyu belimbing yang sangat rendah. Ancaman lain yang langsung juga datang dari iklim dan cuaca serta tingginya ombak yang menggerus pantai sehingga telur-telur yang terbenam dapat dipastikan gagal menetas. 

Selama ini petugas memantau penyu yang naik dan bertelur dengan menggunakan alat sebesar biji padi yang ditanam dalam badan penyu (PIT -Passive Integrated Transporder- Tag), serta penanda pelat metal kecil yang dijepitkan di bagian lipatan di sirip depan. Penandaan ini sangat berguna untuk memperkirakan populasi penyu yang berada di kawasan abun serta mendapatkan banyaknya rata-rata telur yang ditanam oleh setiap individu dalam setiap musim perteluran.

Kegiatan pemantauan melalui satelit yang dilakukan pada penyu belimbing di Abun juga bukan sesuatu yang baru, melainkan metode yang umum digunakan oleh peneliti dan ilmuwan dunia untuk memperoleh data (yang umumnya disebut dengan Telemetry). Contohnya, pemantauan melalui satelit pada hiu putih raksasa untuk mendeteksi pergerakannya dengan tujuan menghindari potensi konflik dengan manusia. Sebuah program internasional, Tagging of Pacific Pelagics (TOPP), bahkan menggunakan satellite tag pada satwa laut migrasi jauh (penyu dan paus) untuk mengumpulkan data oseanografi Samudera Pasifik yang sangat luas hingga ke kedalaman laut yang sulit dijangkau oleh manusia.

Tidak ada komentar: